Jumat, 21 Oktober 2011

Otobiografi - Aditya Mahendra Saputra

Nama : Aditya Mahendra Saputra
Kelas : 2KA34
NPM :10110199

MY OTOBIOGRAFI

Pada saat saya berumur 10 tahun dan saya masih kelas 5 (lima) SD Ayah saya sudah tiada (meninggal). Sebelum Ayah saya meninggal, ayah berpesan “ Jaga mama yah adit. Jadilah orang yang sukses, jangan kaya papa. karena papa yakin kamu bisa…”. Keesokan harinya sebelum aku pergi ke sekolah aku menyapa Bude (kakak dari Ibu) “Bude mama kemana?” kata aku, kata Bude “ mama lagi ke rumah sakit, papa kamu masuk rumah sakit”. Sejak kata-kata itu terucap di mulut Bude, selangkah demi selangkah aku berjalan menuju ke sekolah dan berdoa supaya ayah sembuh dari penyakitnya. Saat saya belajar di kelas dan mendengarkan guru yang sedang menerangkan ke murid-muridnya. Saya menjadi gelisah, pikiran kacau dan badan saya panas dingin. Saya minta izin kepada Bapak Guru untuk pulang, karena saya sakit dan Ayah saya masuk rumah sakit. Saat saya pulang para tetangga melihat saya dan menangis. Aku tidak tahu mengapa semua menangis dan menyuruh aku makan. Aku bingung, why? I don’t understand about this situation. Aku berdoa kepada Allah agar tidak terjadi sesuatu hal yang buruk pada hidupku. Pada saat aku memasuki perumahan yang saya tempati, tiba-tiba bendera kuning mulai di pasang dan aku menangis. Aku bertanya kepada semua tetangga-tetangga “kenapa kok di pasang bendera kuning di depan rumahku?”, tetangga-tetanggaku pun tak menjawabnya dan aku di suruh ke rumah tetangga saya dan saya di temani oleh teman saya yang bernama Lani.

Tiba-tiba sirine ambulance terdengar dan menuju ke rumah saya, dan saya kaget ternyata jenazah tersebut adalah Ayah saya. Aku berteriak “ YA ALLAH MENGAPA ENGKAU MENGAMBIL AYAHKU, APA SALAH AYAH AKU? AMBILLAH AKU JANGAN AYAHKU”. Temen saya yang bernama Lani yang saya anggap sebagai adik sendiri memeluk saya. Lani berkata “sudah mas Adit jangan nangis, mungkin itu sudah takdir ALLAH” dan aku berpikir bahwa semua hidup ini di awali dengan kelahiran dan di akhiri dengan kematian. Saya menangis dan hanya bisa menangis, Ibu saya, saya, keluarga saya hanya bisa menangis. Sedih sekali di tinggal orang yang sangat dekat dan yang kita cintai, apalagi di tinggal pergi jauh. Saya tak menyangka ternyata papa sudah pergi secepat ini, Ayah saya wafat berumur 32 tahun.

Kemudian jenazah Ayah saya di makamkan di Bojonegoro tempat orang tua dari Ibu saya. Setelah sampai di Bojonegoro keluarga saya menangis dan menjerit. Apalagi adik saya sangat sedih sekali. Dia berteriak “ AKU SUDAH TIDAK PUNYA PAPA LAGI” dan semua orang yang mendengarkannya menangis. Ibu saya sangat sedih dan ikhlas dengan semua jalan ALLAH ini. Aku dan sekeluarga hanya bisa mendoakan Ayah agar mendapatkan tempat terbaik.

Setelah seminggu saya di bojonegoro saya pergi ke Bekasi , karena aku sekolah dan Ibu saya juga kerja. Aku dan Ibuku sudah mengikhlaskan semua dan mengawali semua hidup ini tanpa Ayah. Semenjak Ayah saya meninggal, saya selalu kesepian di rumah. Kadang Ayah sering mengajakku memancing, mengajarkan pekerjaan rumahku, mencari makan bareng dan sering mengantarkanku sekolah. Tapi semenjak Ayah tiada aku mengerjakan sesuatunya sendiri dan kadang dengan Ibu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar