Jumat, 21 Oktober 2011

PUISIKU

DARAH

Seperti kereta,
Aku berkendara di antara rumput-rumput merah
Keterasinganku yang hitam melumat
Nafasku. Iblis
Taufan begitu bergemuruh. Mengabarkan luka
dan sejarah yang terpahat di menara
Tapi di mana bisa kutemui segala pelayaran
Tanpa menunggu terminal
Dalam buaian waktu

Lalu tubuh putih yang pucat
Mengirimkan doa, seperti tuhan yang kesepian
Dan langit yang mengguyurkan sedih
Pada mata pisauku
Darah,
Kusebut darah
Dalam impian kesekian. Ketika gemuruh cahaya
Menampar lumpur sawabku
Kabut-kabut berdentum
Lalu kurubah arah perahu
Kurebut farji dari perut bumi
: aku laki-laki

Tapi siapa yang bisa memastikan
di setiap teminal, pemenang pertempuran
Seperti abad yang berlari
Dan gerimis mendaki
Memamerkan segala kesedihan dengan air mata
Padahal amarah menjelma kunci utama
Pembuka surga.

Mungkin daun-daun gugur
Tapi ia gugur bukan untukku
Ketika alam telah mendendangkan kematian,
Maka segala kepala menjelma belukar
Segala harapan menjelma ular
Dan kurebut cahaya dari segala puting jaman

Mungkin dalam puting beliung, semacam periuk
Raksasa
Kutasbihkan kesombonganku
Kuremas segala sisi manusia
dari darah, daging dan impian
Lalu kulaknati kelemahanku seperti serigala

Ketika kuberkendara, taring-taringku
Berjuntaian seperti akar beringin
Melilit ibu, tubuh telanjangnya
Dan memperkosanya di sebuah altar
Tempat yang segala nista tersebar
Di sana, ada raja,
di sana jaman telah menyerahkan dirinya

Lalu duniaku, dunia anak-anak yang bisu
Bermain kereta dari pasir
Mengendarainya dari bukit-bukit, mengulum waktu
Dalam waktu
Menyampaikan kabar terakhir dari batu
Bahwa dunia ada, karena darah tumpah

O sang jagat, berilah tubuhku kehendakmu
Berikan belati yang menancap di kutub-kutubmu
Aku akan berkendara dengan kereta
Bintang-bintang
Memerkosa setiap perempuan
Dan merobek setiap garba dengan gigi teringku

Aku akan mengembalikan segala yang nista
Seperti tubuhku, tubuh dunia
Tubuh segala yang bernafas dengan udara
Udara yang penuh api

Lalu setiap rumput yang mengering
Seperti kemarau
Ia gemeretak di setiap ubunku, di setiap sahwatku
Ia merindukan segala hujan
Dari mulut langit
Dan segala yang gugur dalam kekeringan
Menjalin darah
Dalam puisi
Lalua mencampakan risalah
Di kali
Sebab setiap yang bernama kesucian
Hanya tempat untuk menistakan dunia

Mungkin keretaku yang rapuh
Akan tersepuh dahan-dahan matahari
Kurebut segala ilham dari sengkarut waktu, tubuhku
Dan segala pengorbanan di alamku

Kucobai kemanusiaanku dengan gaib
Seperti tubuhku yang raib
Ketika segala impianku membentur dinding kosong.
Seperti wahyu, aku berlari, tanpa tali temali,
Tanpa sayap-sayap.
Kuundang jibril dengan ketelanjanganku
Lalu waktu
Seperti lingakaran-lingkaran penuh,
Matahari yang purnama
Gerhana seperti penantian
Dan gelap dalam bayang

Tapi adakah segala yang bermuara pada cahaya akan
Datang
Suatu hari
Ketika segala pasti
Dan yang berubah hanya sementara

Kupuja kekekalanku
Kekekalan jiwaku
Kekekalan kekalahanku
Jika kelak, kubertemu dengan seribu galaksi
Kusebut ia neraka,
Lalu kulabuh segala yang tersisa dalam api
Sebab segala yang berwarna merah
Hanya mencerminkan sebuah gairah
Gairah busuk!

Mungbkin harus kundang kembali adam
Dalam awal mula
Ketika ia masih buta pada arti sejarah
Lalu segala menjadi asing, aritmatika demikian sederhana
Sebab yang ada bukan hanya cakrawala

“Eva, lihatlah segala muara, delta
dan segala pelabuhan yang disandarkan di bahumu
Engkau tak butuh nabi. Nabimu adalah bumi,”

Seperti waktu, jejak-jejak itu semakin berat
Keretaku semakin sarat
Pasir hitam mengahablur dadaku
Cawan gelap mengubur lukaku
Lalu kugambarkan segalanya
Dalam segenggam ingatan
Dan kutuliskan dalam separoh khayalan
Bahwa aku ada,
Karena aku pernah berdosa.

Saksikanlah,
Tubuhku penuh luka
Tapi luka itu bukan milikku semata
Dunia demikian bebal
Dan kubebankan segala kebebalan pada sang kala
--nujum dewa-dewa—
Tapi siapa bisa memilih

Seperti kereta,
Aku berkendara
Rumput-rumput kering
Kemarau
Dan dingin mengulang segala penciptaan
Kelahiranku, kematianku dan mimpiku kuabadikan
Dalam duka
Duka yang memanjang, memanjang
Dan mengubur segala ketelanjangan
Telah kucari sebuah terminal,
Dan aku tak ingin mnemukannya
Aku hanya ingin menyaksikan darah
Menetes
Dari luka yang tak akan pernah sembuh
Sepanjang sejarah
Sebut aku kafilah!

Otobiografi - Aditya Mahendra Saputra

Nama : Aditya Mahendra Saputra
Kelas : 2KA34
NPM :10110199

MY OTOBIOGRAFI

Pada saat saya berumur 10 tahun dan saya masih kelas 5 (lima) SD Ayah saya sudah tiada (meninggal). Sebelum Ayah saya meninggal, ayah berpesan “ Jaga mama yah adit. Jadilah orang yang sukses, jangan kaya papa. karena papa yakin kamu bisa…”. Keesokan harinya sebelum aku pergi ke sekolah aku menyapa Bude (kakak dari Ibu) “Bude mama kemana?” kata aku, kata Bude “ mama lagi ke rumah sakit, papa kamu masuk rumah sakit”. Sejak kata-kata itu terucap di mulut Bude, selangkah demi selangkah aku berjalan menuju ke sekolah dan berdoa supaya ayah sembuh dari penyakitnya. Saat saya belajar di kelas dan mendengarkan guru yang sedang menerangkan ke murid-muridnya. Saya menjadi gelisah, pikiran kacau dan badan saya panas dingin. Saya minta izin kepada Bapak Guru untuk pulang, karena saya sakit dan Ayah saya masuk rumah sakit. Saat saya pulang para tetangga melihat saya dan menangis. Aku tidak tahu mengapa semua menangis dan menyuruh aku makan. Aku bingung, why? I don’t understand about this situation. Aku berdoa kepada Allah agar tidak terjadi sesuatu hal yang buruk pada hidupku. Pada saat aku memasuki perumahan yang saya tempati, tiba-tiba bendera kuning mulai di pasang dan aku menangis. Aku bertanya kepada semua tetangga-tetangga “kenapa kok di pasang bendera kuning di depan rumahku?”, tetangga-tetanggaku pun tak menjawabnya dan aku di suruh ke rumah tetangga saya dan saya di temani oleh teman saya yang bernama Lani.

Tiba-tiba sirine ambulance terdengar dan menuju ke rumah saya, dan saya kaget ternyata jenazah tersebut adalah Ayah saya. Aku berteriak “ YA ALLAH MENGAPA ENGKAU MENGAMBIL AYAHKU, APA SALAH AYAH AKU? AMBILLAH AKU JANGAN AYAHKU”. Temen saya yang bernama Lani yang saya anggap sebagai adik sendiri memeluk saya. Lani berkata “sudah mas Adit jangan nangis, mungkin itu sudah takdir ALLAH” dan aku berpikir bahwa semua hidup ini di awali dengan kelahiran dan di akhiri dengan kematian. Saya menangis dan hanya bisa menangis, Ibu saya, saya, keluarga saya hanya bisa menangis. Sedih sekali di tinggal orang yang sangat dekat dan yang kita cintai, apalagi di tinggal pergi jauh. Saya tak menyangka ternyata papa sudah pergi secepat ini, Ayah saya wafat berumur 32 tahun.

Kemudian jenazah Ayah saya di makamkan di Bojonegoro tempat orang tua dari Ibu saya. Setelah sampai di Bojonegoro keluarga saya menangis dan menjerit. Apalagi adik saya sangat sedih sekali. Dia berteriak “ AKU SUDAH TIDAK PUNYA PAPA LAGI” dan semua orang yang mendengarkannya menangis. Ibu saya sangat sedih dan ikhlas dengan semua jalan ALLAH ini. Aku dan sekeluarga hanya bisa mendoakan Ayah agar mendapatkan tempat terbaik.

Setelah seminggu saya di bojonegoro saya pergi ke Bekasi , karena aku sekolah dan Ibu saya juga kerja. Aku dan Ibuku sudah mengikhlaskan semua dan mengawali semua hidup ini tanpa Ayah. Semenjak Ayah saya meninggal, saya selalu kesepian di rumah. Kadang Ayah sering mengajakku memancing, mengajarkan pekerjaan rumahku, mencari makan bareng dan sering mengantarkanku sekolah. Tapi semenjak Ayah tiada aku mengerjakan sesuatunya sendiri dan kadang dengan Ibu.

TAK BISA TANPAMU

Andai terjadi yang kutakutkan
Kau meninggalkan hatiku karena sesuatu
Jika kau tau keyakinanku
Aku pun tak akan mampu melepas dirimu
Aku tak pernah percaya andai perpiasahan
Jalan terbaik agar kita bahagia…

Reff:
Bila kita renungkan semua yang terjadi
Harusnya kita berdua semakin mengerti
Sungguh aku tak bisa tanpamu
Sungguh kita tak sanggup berpaling
Karena kau lelaki
Karena kau wanita
Terbaik untukku….

Aku tak pernah percaya andai perpiasahan
Jalan terbaik agar kita bahagia..

Reff:
Bila kita renungkan semua yang terjadi
Harusnya kita berdua semakin mengerti
Sungguh aku tak mampu tanpamu
Sungguh kita tak sanggup berpaling
Karena kau lelaki, Karena kau wanita
Terbaik untukku….

Jumat, 14 Oktober 2011

PERSAHABATAN

Persahabatan sejati layaknya kesehatan, nilainya baru kita sadari setelah kita kehilangannya

Seorang sahabat adalah yang dapat mendengarkan lagu di dalam hatimu dan akan menyanyikan kembali tatkala kau lupa akan bait-baitnya

Seorang teman sejati akan membuat Anda hangat dengan kehadirannya, mempercayai akan rahasianya dan mengingat Anda dalam doa-doanya.

Bertemanlah dengan orang yang suka membela kebenaran. Dialah hiasan dikala kita senang dan perisai diwaktu kita susah

Namun kita tidak akan pernah memiliki seorang teman, jika kita mengharapkan seseorang tanpa kesalahan. Karena semua manusia itu baik kalau kita bisa melihat kebaikannya dan menyenangkan kalau kita bisa melihat keunikannya tapi semua manusia itu akan buruk dan membosankan kalau kita tidak bisa melihat keduanya.

Tak seorang pun sempurna. Mereka yang mau belajar dari kesalahan adalah bijak. Menyedihkan melihat orang berkeras bahwa mereka benar meskipun terbukti salah

Orang bijaksana selalu melengkapi kehidupannya dengan banyak persahabatan

Banyak orang akan datang dan pergi dari kehidupanmu, tetapi hanya sahabat-sahabat sejati yang akan meninggalkan bekas di dalam hatimu.
Sahabat yang sejati adalah orang yang dapat berkata benar kepada anda, bukan orang yang hanya membenarkan kata-kata anda.

Aku mengamati semua sahabat, dan tidak menemukan sahabat yang lebih baik daripada menjaga lidah. Saya memikirkan tentang semua pakaian, tetapi tidak menemukan pakaian yang lebih baik daripada takwa. Aku merenungkan tentang segala jenis amal baik, namun tidak mendapatkan yang lebih baik daripada memberi nasihat baik. Aku mencari segala bentuk rezki, tapi tidak menemukan rezki yang lebih baik daripada sabar.

CERITA SEORANG IBU

Jalannya sudah tertatih-tatih, karena usianya sudah lebih dari 70 tahun, sehingga kalau tidak perlu sekali, jarang ia bisa dan mau keluar rumah. Walaupun ia mempunyai seorang anak perempuan, ia harus tinggal di rumah jompo, karena kehadirannya tidak diinginkan. Masih teringat olehnya, betapa berat penderitaannya ketika akan melahirkan putrinya tersebut. Ayah dari anak tersebut minggat setelah menghamilinya tanpa mau bertanggung jawab atas perbuatannya. Di samping itu keluarganya menuntut agar ia menggugurkan bayi yang belum dilahirkan, karena keluarganya merasa malu mempunyai seorang putri yang hamil sebelum nikah, tetapi ia tetap mempertahankannya, oleh sebab itu ia diusir dari rumah orang tuanya.

Selain aib yang harus di tanggung, ia pun harus bekerja berat di pabrik untuk membiayai hidupnya. Ketika ia melahirkan putrinya, tidak ada seorang pun yang mendampinginya. Ia tidak mendapatkan kecupan manis maupun ucapan selamat dari siapapun juga, yang ia dapatkan hanya cemohan, karena telahelahirkan seorang bayi haram tanpa bapa. Walaupun demikian ia merasa bahagia sekali atas berkat yang didapatkannya dari Tuhan di mana ia telah dikaruniakan seorang putri. Ia berjanji akan memberikan seluruh kasih sayang yang ia miliki hanya untuk putrinya seorang, oleh sebab itulah putrinya diberi nama Love - Kasih.

Siang ia harus bekerja berat di pabrik dan di waktu malam hari ia harus menjahit sampai jauh malam, karena itu merupakan penghasilan tambahan yang ia bisa dapatkan. Terkadang ia harus menjahit sampai jam 2 pagi, tidur lebih dari 4 jam sehari itu adalah sesuatu kemewahan yang tidak pernah ia dapatkan. Bahkan Sabtu Minggu pun ia masih bekerja menjadi pelayan restaurant. Ini ia lakukan semua agar ia bisa membiayai kehidupan maupun biaya sekolah putrinya yang tercinta. Ia tidak mau menikah lagi, karena ia masih tetap mengharapkan, bahwa pada suatu saat ayah dari putrinya akan datang balik kembali kepadanya, di samping itu ia tidak mau memberikan ayah tiri kepada putrinya.

Sejak ia melahirkan putrinya ia menjadi seorang vegetarian, karena ia tidak mau membeli daging, itu terlalu mahal baginya, uang untuk daging yang seyogianya ia bisa beli, ia sisihkan untuk putrinya. Untuk dirinya sendiri ia tidak pernah mau membeli pakaian baru, ia selalu menerima dan memakai pakaian bekas pemberian orang, tetapi untuk putrinya yang tercinta, hanya yang terbaik dan terbagus ia berikan, mulai dari pakaian sampai dengan makanan.

Pada suatu saat ia jatuh sakit, demam panas. Cuaca di luaran sangat dingin sekali, karena pada saat itu lagi musim dingin menjelang hari Natal. Ia telah menjanjikan untuk memberikan sepeda sebagai hadiah Natal untuk putrinya, tetapi ternyata uang yang telah dikumpulkannya belum mencukupinya. Ia tidak ingin mengecewakan putrinya, maka dari itu walaupun cuaca diluaran dingin sekali, bahkan dlm keadaan sakit dan lemah, ia tetap memaksakan diri untuk keluar rumah dan bekerja. Sejak saat tersebut ia kena penyakit rheumatik, sehingga sering sekali badannya terasa sangat nyeri sekali. Ia ingin memanjakan putrinya dan memberikan hanya yang terbaik bagi putrinya walaupun untuk ini ia harus bekorban, jadi dlm keadaan sakit ataupun tidak sakit ia tetap bekerja, selama hidupnya ia tidak pernah absen bekerja demi putrinya yang tercinta.

Karena perjuangan dan pengorbanannya akhirnya putrinya bisa melanjutkan studinya diluar kota. Di sana putrinya jatuh cinta kepada seorang pemuda anak dari seorang konglomerat beken. Putrinya tidak pernah mau mengakui bahwa ia masih mempunyai orang tua. Ia merasa malu bahwa ia ditinggal minggat oleh ayah kandungnya dan ia merasa malu mempunyai seorang ibu yang bekerja hanya sebagai babu pencuci piring di restaurant. Oleh sebab itulah ia mengaku kepada calon suaminya bahwa kedua orang tuanya sudah meninggal dunia.

Pada saat putrinya menikah, ibunya hanya bisa melihat dari jauh dan itupun hanya pada saat upacara pernikahan di gereja saja. Ia tidak diundang, bahkan kehadirannya tidaklah diinginkan. Ia duduk di sudut kursi paling belakang di gereja, sambil mendoakan agar Tuhan selalu melindungi dan memberkati putrinya yang tercinta. Sejak saat itu bertahun-tahun ia tidak mendengar kabar dari putrinya, karena ia dilarang dan tidak boleh menghubungi putrinya. Pada suatu hari ia membaca di koran bahwa putrinya telah melahirkan seorang putera, ia merasa bahagia sekali mendengar berita bahwa ia sekarang telah mempunyai seorang cucu. Ia sangat mendambakan sekali untuk bisa memeluk dan menggendong cucunya, tetapi ini tidak mungkin, sebab ia tidak boleh menginjak rumah putrinya. Untuk ini ia berdoa tiap hari kepada Tuhan, agar ia bisa mendapatkan kesempatan untuk melihat dan bertemu dengan anak dan cucunya, karena keinginannya sedemikian besarnya untuk bisa melihat putri dan cucunya, ia melamar dengan menggunakan nama palsu untuk menjadi babu di rumah keluarga putrinya.

Ia merasa bahagia sekali, karena lamarannya diterima dan diperbolehkan bekerja disana. Di rumah putrinya ia bisa dan boleh menggendong cucunya, tetapi bukan sebagai Oma dari cucunya melainkan hanya sebagai babu dari keluarga tersebut. Ia merasa berterima kasih sekali kepada Tuhan, bahwa ia permohonannya telah dikabulkan.

Di rumah putrinya, ia tidak pernah mendapatkan perlakuan khusus, bahkan binatang peliharaan mereka jauh lebih dikasihi oleh putrinya daripada dirinya sendiri. Di samping itu sering sekali dibentak dan dimaki oleh putri dan anak darah dagingnya sendiri, kalau hal ini terjadi ia hanya bisa berdoa sambil menangis di dlm kamarnya yang kecil di belakang dapur. Ia berdoa agar Tuhan mau mengampuni kesalahan putrinya, ia berdoa agar hukuman tidak dilimpahkan kepada putrinya, ia berdoa agar hukuman itu dilimpahkan saja kepadanya, karena ia sangat menyayangi putrinya.

Setelah bekerja bertahun-tahun sebagai babu tanpa ada orang yang mengetahui siapa dirinya dirumah tersebut, akhirnya ia menderita sakit dan tidak bisa bekerja lagi. Mantunya merasa berhutang budi kepada pelayan tuanya yang setia ini sehingga ia memberikan kesempatan untuk menjalankan sisa hidupnya di rumah jompo.

Puluhan tahun ia tidak bisa dan tidak boleh bertemu lagi dengan putri kesayangannya. Uang pension yang ia dapatkan selalu ia sisihkan dan tabung untuk putrinya, dengan pemikiran siapa tahu pada suatu saat ia membutuhkan bantuannya.

Pada tahun lampau beberapa hari sebelum hari Natal, ia jatuh sakit lagi, tetapi ini kali ia merasakan bahwa saatnya sudah tidak lama lagi. Ia merasakan bahwa ajalnya sudah mendekat. Hanya satu keinginan yang ia dambakan sebelum ia meninggal dunia, ialah untuk bisa bertemu dan boleh melihat putrinya sekali lagi. Di samping itu ia ingin memberikan seluruh uang simpanan yang ia telah kumpulkan selama hidupnya, sebagai hadiah terakhir untuk putrinya.

Suhu diluaran telah mencapai 17 derajat di bawah nol dan salujupun turun dengan lebatnya, jangankan manusia anjingpun pada saat ini tidak mau keluar rumah lagi, karena di luaran sangat dingin, tetapi Nenek tua ini tetap memaksakan diri untuk pergi ke rumah putrinya. Ia ingin betemu dengan putrinya sekali lagi yang terakhir kali. Dengan tubuh menggigil karena kedinginan, ia menunggu datangnya bus berjam-jam di luaran. Ia harus dua kali ganti bus, karena jarak rumah jompo tempat di mana ia tinggal letaknya jauh dari rumah putrinya. Satu perjalanan yang jauh dan tidak mudah bagi seorang nenek tua yang berada dlm keadaan sakit.

Setiba di rumah putrinya dlm keadaan lelah dan kedinginan ia mengetuk rumah putrinya dan ternyata purtinya sendiri yang membukakan pintu rumah gedong di mana putrinya tinggal. Apakah ucapan selamat datang yang diucapkan putrinya ? Apakah rasa bahagia bertemu kembali dengan ibunya? Tidak! Bahkan ia ditegor: "Kamu sudah bekerja di rumah kami puluhan tahun sebagai pembantu, apakah kamu tidak tahu bahwa untuk pembantu ada pintu khusus, ialah pintu di belakang rumah!"

"Nak, Ibu datang bukannya untuk bertamu melainkan hanya ingin memberikan hadiah Natal untukmu. Ibu ingin melihat kamu sekali lagi, mungkin yang terakhir kalinya, bolehkah saya masuk sebentar saja, karena di luaran dingin sekali dan sedang turun salju. Ibu sudah tidak kuat lagi nak!" kata wanita tua itu.

"Maaf saya tidak ada waktu, di samping itu sebentar lagi kami akan menerima tamu seorang pejabat tinggi, lain kali saja. Dan kalau lain kali mau datang telepon dahulu, jangan sembarangan datang begitu saja!" ucapan putrinya dengan nada kesal. Setelah itu pintu ditutup dengan keras. Ia mengusir ibu kandungnya sendiri, seperti juga mengusir seorang pengemis.

Tidak ada rasa kasih, jangankan kasih, belas kasihanpun tidak ada. Setelah beberapa saat kemudian bel rumah bunyi lagi, ternyata ada orang mau pinjam telepon di rumah putrinya "Maaf Bu, mengganggu, bolehkah kami pinjam teleponnya sebentar untuk menelpon ke kantor polisi, sebab di halte bus di depan ada seorang nenek meninggal dunia, rupanya ia mati kedinginan!"

Wanita tua ini mati bukan hanya kedinginan jasmaniahnya saja, tetapi juga perasaannya. Ia sangat mendambakan sekali kehangatan dari kasih sayang putrinya yang tercinta yang tidak pernah ia dapatkan selama hidupnya.

Seorang Ibu melahirkan dan membesarkan anaknya dengan penuh kasih sayang tanpa mengharapkan pamrih apapun juga. Seorang Ibu bisa dan mampu memberikan waktunya 24 jam sehari bagi anak-anaknya, tidak ada perkataan siang maupun malam, tidak ada perkataan lelah ataupun tidak mungkin dan ini 366 hari dlm setahun. Seorang Ibu mendoakan dan mengingat anaknya tiap hari bahkan tiap menit dan ini sepanjang masa. Bukan hanya setahun sekali saja pada hari-hari tertentu. Kenapa kita baru bisa dan mau memberikan bunga maupun hadiah kepada Ibu kita hanya pada waktu hari Ibu saja "Mother's Day" sedangkan di hari-hari lainnya tidak pernah mengingatnya, boro-boro memberikan hadiah, untuk menelpon saja kita tidak punya waktu.

Kita akan bisa lebih membahagiakan Ibu kita apabila kita mau memberikan sedikit waktu kita untuknya, waktu nilainya ada jauh lebih besar daripada bunga maupun hadiah. Renungkanlah: Kapan kita terakhir kali menelpon Ibu? Kapan kita terakhir mengundang Ibu? Kapan terakhir kali kita mengajak Ibu jalan-jalan? Dan kapan terakhir kali kita memberikan kecupan manis dengan ucapan terima kasih kepada Ibu kita? Dan kapankah kita terakhir kali berdoa untuk Ibu kita?

Berikanlah kasih sayang selama Ibu kita masih hidup, percuma kita memberikan bunga maupun tangisan apabila Ibu telah berangkat, karena Ibu tidak akan bisa melihatnya lagi.

NILAI KEHIDUPAN

Alkisah, ada seorang pemuda yang hidup sebatang kara. Pendidikan rendah, hidup dari bekerja sebagai buruh tani milik tuan tanah yang kaya raya. Walapun hidupnya sederhana tetapi sesungguhnya dia bisa melewati kesehariannya dengan baik.

Pada suatu ketika, si pemuda merasa jenuh dengan kehidupannya. Dia tidak mengerti, untuk apa sebenarnya hidup di dunia ini. Setiap hari bekerja di ladang orang demi sesuap nasi. Hanya sekadar melewati hari untuk menunggu kapan akan mati. Pemuda itu merasa hampa, putus asa, dan tidak memiliki arti.

"Daripada tidak tahu hidup untuk apa dan hanya menunggu mati, lebih baik aku mengakhiri saja kehidupan ini," katanya dalam hati. Disiapkannya seutas tali dan dia berniat menggantung diri di sebatang pohon.

Pohon yang dituju, saat melihat gelagat seperti itu, tiba-tiba menyela lembut. "Anak muda yang tampan dan baik hati, tolong jangan menggantung diri di dahanku yang telah berumur ini. Sayang, bila dia patah. Padahal setiap pagi ada banyak burung yang hinggap di situ, bernyanyi riang untuk menghibur siapapun yang berada di sekitar sini."

Dengan bersungut-sungut, si pemuda pergi melanjutkan memilih pohon yang lain, tidak jauh dari situ. Saat bersiap-siap, kembali terdengar suara lirih si pohon, "Hai anak muda. Kamu lihat di atas sini, ada sarang tawon yang sedang dikerjakan oleh begitu banyak lebah dengan tekun dan rajin. Jika kamu mau bunuh diri, silakan pindah ke tempat lain. Kasihanilah lebah dan manusia yang telah bekerja keras tetapi tidak dapat menikmati hasilnya."

Sekali lagi, tanpa menjawab sepatah kata pun, si pemuda berjalan mencari pohon yang lain. Kata yang didengarpun tidak jauh berbeda, "Anak muda, karena rindangnya daunku, banyak dimanfaatkan oleh manusia dan hewan untuk sekadar beristirahat atau berteduh di bawah dedaunanku. Tolong jangan mati di sini."

Setelah pohon yang ketiga kalinya, si pemuda termenung dan berpikir, "Bahkan sebatang pohonpun begitu menghargai kehidupan ini. Mereka menyayangi dirinya sendiri agar tidak patah, tidak terusik, dan tetap rindang untuk bisa melindungi alam dan bermanfaat bagi makhluk lain".

Segera timbul kesadaran baru. "Aku manusia; masih muda, kuat, dan sehat. Tidak pantas aku melenyapkan kehidupanku sendiri. Mulai sekarang, aku harus punya cita-cita dan akan bekerja dengan baik untuk bisa pula bermanfaat bagi makhluk lain".

Si pemuda pun pulang ke rumahnya dengan penuh semangat dan perasaan lega.

=================================================

Kalau kita mengisi kehidupan ini dengan menggerutu, mengeluh, dan pesimis, tentu kita menjalani hidup ini (dengan) terasa terbeban dan saat tidak mampu lagi menahan akan memungkinkan kita mengambil jalan pintas yaitu bunuh diri.

Sebaliknya, kalau kita mampu menyadari sebenarnya kehidupan ini begitu indah dan menggairahkan, tentu kita akan menghargai kehidupan ini. Kita akan mengisi kehidupan kita, setiap hari penuh dengan optimisme, penuh harapan dan cita-cita yang diperjuangkan, serta mampu bergaul dengan manusia-manusia lainnya.

Maka, jangan melayani perasaan negatif. Usir segera. Biasakan memelihara pikiran positif, sikap positif, dan tindakan positif. Dengan demikian kita akan menjalani kehidupan ini penuh dengan syukur, semangat, dan sukses luar biasa!

OTOBIOGRAFI TENTANG SAYA

otobiografi saya

Selasa, 04 Oktober 2011

TUGAS SOFTSKILL !

Nama : ADITYA MAHENDRA SAPUTRA
KELAS : 2KA34
NPM :10110199

1.Mengapa organisasi dikatakan sebagai wadah dan proses. Jelaskan!
2.Ceritakan tentang sejarah organisasi. Berikan contoh sebuah organisasi dan sejarah nya...!
JAWAB :
1.Organisasi dikatakan sebagai wadah berarti suatu tempat orang berinteraksi dan bekerjasama. Sedangkan organisasi dikatakansebagai alat berarti sebagai alat untukmerealisasikan tujuan bersama diantara orangyang berinteraksi dan bekerja sama tersebut.‡ Organisasi dalam arti dinamis adalah suatuproses penerapan dan pembagian kerja yangakan dilakukan, pembatasan tugas dan kewajiban, otoritas dan tanggung jawab, serta penetapan hubungan diantara elemen organisasi. Organisasi dalam arti dinamis cenderung disebut organisasi sebagai suatu wadah.
2.Para ilmuan sosial hingga saat ini masih berdiskusi tentang penggunaan istilah yang berhubugnan dengan ”seperangkat aturan/ norma yang berfungsi untuk anggota masyarakatnya”. Istilah untuk menyebutkan seperangkat aturan/ norma yang berfungsi untuk anggota masyarakatnya itu, terdapat dua istilah yang digunakan, yaitu ”social institution” dan ”lembaga kemasyarakatan”. Mana yang benar? Tentu semunya tidak ada yang salah, semuanya benar. Hanya saja ada perbedaan penekanannya. Mereka yang menggunakan istilah ”social institution” pada umumnya adalah para antropolog, dengan menekankan sistem nilai-nya. Sedangkan pada sosiolog, pada umumnya menggunakan istilah lembaga kemasyarakatan atau yang dikenal dengan istilah lembaga sosial, dengan menekankan sistem norma yang memiliki bentuk dan sekaligus abstrak. Pada tulisan ini, akan digunakan istilah lembaga sosial dengan tujuan untuk mempermudah tingkat pemahaman dan sekaligus merujuk pada kurikulum sosiologi yang berlaku saat ini.Pada awalnya lembaga sosial terbentuk dari norma-norma yang dianggap penting dalam hidup bermasyarakatan. Terbentuknya lembaga sosial berawal dari individu yang saling membutuhkan , kemudian timbul aturan-aturan yang disebut dengan norma kemasyarakatan. Lembaga sosial sering juga dikatakan sebagai sebagai Pranata sosial.Suatu norma tertentu dikatakan telah melembaga apabila norma tersebut :
1.Diketahui
2.Dipahami dan dimengerti
3.Ditaati
4.Dihargai
Lembaga sosial merupakan tata cara yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antar manusia dalam sebuah wadah yang disebut dengan Asosiasi. Lembaga dengan Asosiasi memiliki hubungan yang sangat erat. Namun memiliki pengartian yang berbeda. Lembaga yangg tidak mempunyai anggota tetap mempunyai pengikut dalam suatu kelompok yang disebut asosiasi. Asosiasi merupakan perwujudan dari lembaga sosial. Asosiasi memiliki seperangkat aturan, tatatertib, anggota dan tujuan yang jelas. Dengan kata lain Asosiasi memiliki wujud kongkret, sementara Lembaga berwujud abstrak. Istilah lembaga sosial oleh Soerjono Soekanto disebut juga lembaga kemasyarakatan. Istilah lembaga kemasyarakatan merupakan istilah asing social institution. Akan tetapi, ada yang mempergunakan istilah pranata sosial untuk menerjemahkan social institution. Hal ini dikarenakan social institution menunjuk pada adanya unsur-unsur yang mengatur perilaku para anggota masyarakat. Sebagaimana Koentjaraningrat mengemukakan bahwa pranata sosial adalah suatu sistem tata kelakukan dan hubungan yang berpusat pada aktivitas- aktivitas untuk memenuhi kompleks-kompleks kebutuhan khusus dalam kehidupan masyarakat. Istilah lain adalah bangunan sosial, terjemahan dari kata sozialegebilde (bahasa Jerman) yang menggambarkan bentuk dan susunan institusi tersebut. Namun, pembahasan ini tidak mem- persoalkan makna dan arti istilah-istilah tersebut. Dalam hal ini lebih mengarah pada lembaga kemasyarakatan atau lembaga sosial, karena pengertian lembaga lebih menunjuk pada suatu bentuk sekaligus juga mengandung pengertian yang abstrak tentang adanya norma-norma dalam lembaga tersebut. Menurut Robert Mac Iver dan Charles H. Page, mengartikan lembaga kemasyarakatan sebagai tata cara atau prosedur yang telah diciptakan untuk mengatur hubungan antarmanusia dalam suatu kelompok masyarakat. Sedangkan Leopold von Wiese dan Howard Becker melihat lembaga dari sudut fungsinya. Menurut mereka, lembaga kemasyarakatan diartikan sebagai suatu jaringan dari proses- proses hubungan antarmanusia dan antarkelompok manusia yang berfungsi untuk memelihara hubungan-hubungan tersebut serta pola- polanya, sesuai dengan kepentingan-kepentingan manusia dan sekelompoknya. Selain itu, seorang sosiolog yang bernama Summer melihat lembaga kemasyarakatan dari sudut kebudayaan. Summer meng- artikan lembaga kemasyarakatan sebagai perbuatan, cita-cita, dan sikap perlengkapan kebudayaan, yang mempunyai sifat kekal serta yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan masyarakat. Oleh karenanya, keberadaan lembaga sosial mempunyai fungsi bagi kehidupan sosial. Fungsi-fungsi tersebut antara lain:
A.Memberikan pedoman kepada anggota masyarakat tentang sikap dalam menghadapi masalah di masyarakat, terutama yang menyangkut kebutuhan pokok.
B.Menjaga keutuhan dari masyarakat yang bersangkutan.
C.Memberi pegangan kepada anggota masyarakat untuk mengadakan pengawasan terhadap tingkah laku para anggotanya.
Dengan demikian, lembaga sosial merupakan serangkaian tata cara dan prosedur yang dibuat untuk mengatur hubungan antarmanusia dalam kehidupan bermasyarakat. Oleh karena itu, lembaga sosial terdapat dalam setiap masyarakat baik masyarakat sederhana maupun masyarakat modern. Hal ini disebabkan setiap masyarakat menginginkan keteraturan hidup.
Contohnya :
1.Budi Utomo / Boedi Oetomo
Budu Utomo berdiri pada tahun 1908 yang pada awal mula berdirinya merupakan organisasi pelajar yang ruang lingkupnya masih kedaerahan, namun pada perkembangannya berubah menjadi organisasi perkumpulan pemuda nasional.
2.Trikoro Dharmo / Tri Koro Dharmo
Trikoro Dharmo adalah sebuah perkumpulan pemuda yang berasal dari Jawa pada tahun 1915 di gedung kebangkitan nasional. Organisasi ini kemudian mengubah nama menjadi Jong Jawa pada kongres di Solo. Arti definisi / pengertian dari tri koro dharmo adalah Tiga Tujuan Mulia.
3.Jong Sumatra Bond (Persatuan Pemuda Sumatra)
Organisasi oni berdiri pada tahun 1917 yang memiliki tujuan untuk mempererat hubungan antar pelajar yang berasal dari sumatera. Beberapa toko terkenal dari organisasi ini yaitu seperti M. Hatta dsan M. Yamin.
4.Perhimpunan Pelajar-Pelajar Indonesia
Organisasi yang satu ini berdiri pada tahun 1925 yang diprakarsa oleh mahasiswa Jakarta dan Bandung dengan tujuan untuk Kemerdekaan Indonesia.
5.Jong Indonesia
Perkumpulan pemuda dan pemudi ini didirikan pada tahun 1927 di Bandung di mana kemudian organisasi ini diubah menjadi Pemuda Indonesia untuk yang berjenis kelamin laki-laki dan Putri Indonesia bagi yang perempuan. Pemuda Indonesia membuat kongres di mana pada kongres yang kedua menghasilkan Sumpah Pemuda pada 28 Oktober 1928.
6.Indonesia Muda
Indonesia Muda adalah organisasi nasional yang lahir karena dorongan Sumpah Pemuda pada tahun 1930 sebagai peleburan banyak organisasi pemuda daerah / lokal.