ETIKA
Etika berasal dari bahasa Yunani yaitu Ethos yang artinya
norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku
manusia yang baik.
Pengertian
etika menurut para ahli :
1.
Drs. O.P. SIMORANGKIR : etika
atau etik sebagai pandangan manusia dalam berprilaku menurut ukuran dan nilai yang
baik.
2.
Dr James J. Spillane SJ : etika atau ethics
memperhatikan atau mempertimbangkan tingkah laku manusia dalam pengambilan
keputusan moral. Etika mengarahkan atau menghubungkan pengunaan akal budi
individual dengan objektivitas untuk menemukan kebenaran atau kesalahan dan
tingkah laku seseorang terhadap orang lain.
3.
Drs. Sidi Gajalba dalam
sistematika filsafat : etika adalah teori tentang tingkah laku perbuatan
manusia dipandang dari segi baik dan buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh
akal.
4.
Drs. H. Burhanudin Salam :
etika adalah cabang filsafat yang berbicara mengenai nilai dan norma moral yang
menentukan prilaku manusia dalam hidupnya.Jenis-jenis etika yaitu :
a)
Etika Filosofis
Etika filosofis secara harfiah (fay overlay) dapat dikatakan sebagai
etika yang berasal dari kegiatan berfilsafat atau berpikir, yang dilakukan oleh
manusia. Karena itu, etika sebenarnya adalah bagian dari filsafat. Etika lahir
dari filsafat.
b)
Etika Teologis
Ada dua hal yang perlu diingat berkaitan dengan etika teologis.
Pertama, etika teologis bukan hanya milik agama tertentu, melainkan setiap
agama dapat memiliki etika teologisnya masing-masing. Kedua, etika teologis
merupakan bagian dari etika secara umum, karena itu banyak unsur-unsur di
dalamnya yang terdapat dalam etika secara umum. Secara umum, etika teologis
dapat didefinisikan sebagai etika yang bertitik tolak dari presuposisi-presuposisi
teologis. Definisi tersebut menjadi kriteria pembeda antara etika filosofis dan
etika teologis.
Relasi etika filosofis dan etika teologis
Terdapat perdebatan mengenai posisi etika filosofis dan etika
teologis di dalam ranah etika. Sepanjang sejarah pertemuan antara kedua etika
ini ada tiga jawaban menonjol yang dikemukakan mengenai pertanyaan di atas
yaitu :
·
Revisionisme
Tanggapan ini berasal dari Augustinus yang menyatakan bahwa etika
teologis bertugas untuk merevisi yaitu mengoreksi dan memperbaiki etika
filosofis.
·
Sintesis
Jawaban ini dikemukakan oleh Thomas Aquinas yang menyintesiskan
etika filosofis dan etika teologis sedemikian rupa sehingga kedua jenis etika
ini dengan mempertahankan identitas masing-masing menjadi suatu entitas baru.
Hasilnya adalah etika filosofis menjadi lapisan bawah yang bersifat umum,
sedangkan etika teologis menjadi lapisan atas yang bersifat khusus
·
Diaparalelisme
Jawaban ini diberikan oleh F.E.D Schleiermacher yang menganggap
etika teologis dan etika filosofis sebagai gejala-gejala yang sejajar. Hal
tersebut dapat diumpamakan seperti sepasang rel kereta api yang sejajar.
Sifat
Etika
1.
Non empiris, filsafat digolongkan sebagai ilmu non empiris. Ilmu empiris adalah
ilmu yang didasarkan pada fakta atau yang kongkret. Namun filsafat tidaklah
demikian, filsafat berusaha melampaui yang kongkret dengan seolah-olah
menanyakan apa dibalik gejala-gejala kongkret. Demikian pula dengan etika.
Etika tidak hanya berhenti pada apa yang kongkret yang secara factual
dilakukan, tetapi bertanya tentang apa yang seharusnya dilakukan atau tidak
boleh dilakukan
2.
Praktis, cabang-cabang filsafat berbicara mengenai sesuatu yang ada.
Misalnya filsafat hukum mempelajari apa itu hukum. Akan tetapi etika tidak
terbatas pada itu melainkan bertanya tentang apa yang harus dilakukan. Dengan
demikian etika sebagai cabang filsafat bersifat praktis karena langsung
berhubungan dengan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan manusia. Tetapi
ingat bahwa etika bukan praktis dalam arti menyajikan resep-resep siap pakai.
Etika tidak bersifat teknis melainkan reflektif. Maksudnya etika hanya
menganalisa tema-tema pokok seperti hati nurani, kebebasan, hak dan kewajiban.
PROFESIONALISME
A.
Pengertian Profesionalisme
Profesionalisme (profésionalisme) ialah sifat-sifat (kemampuan,
kemahiran, cara pelaksanaan sesuatu dan lain-lain) sebagaimana yang sewajarnya
terdapat pada atau dilakukan oleh seorang professional. Profesionalisme
berasal daripada profesion yang bermakna berhubungan dengan profesion dan
memerlukan kepandaian khusus untuk menjalankannya, (KBBI, 1994). Jadi,
profesionalisme adalah tingkah laku, kepakaran atau kualiti dari seseorang yang
profesional (Longman, 1987).
B.
Ciri - Ciri Profesionalisme
Seseorang yang memiliki jiwa profesionalisme senantiasa mendorong
dirinya untuk mewujudkan kerja-kerja yang profesional. Kualiti profesionalisme
di dukung oleh ciri-ciri sebagai berikut :
1.
Keinginan untuk selalu
menampilkan perilaku yang mendekati piawai ideal.Seseorang yang memiliki
profesionalisme tinggi akan selalu berusaha mewujudkan dirinya sesuai dengan
piawai yang telah ditetapkan. Ia akan mengidentifikasi dirinya kepada sesorang
yang dipandang memiliki piawaian tersebut. Yang dimaksud dengan “piawai ideal”
ialah suatu perangkat perilaku yang dipandang paling sempurna dan dijadikan
sebagai rujukan.
2.
Meningkatkan dan memelihara
imej profesionProfesionalisme yang tinggi ditunjukkan oleh besarnya keinginan
untuk selalu meningkatkan dan memelihara imej profesion melalui perwujudan
perilaku profesional. Perwujudannya dilakukan melalui berbagai-bagai cara
misalnya penampilan, cara percakapan, penggunaan bahasa, sikap tubuh badan,
sikap hidup harian, hubungan dengan individu lainnya.
3.
Keinginan untuk sentiasa
mengejar kesempatan pengembangan profesional yang dapat meningkatkan dan
meperbaiki kualiti pengetahuan dan keterampiannya.
4.
Mengejar kualiti dan cita-cita
dalam profesionProfesionalisme ditandai dengan kualiti darjat rasa bangga akan
profesion yang dipegangnya. Dalam hal ini diharapkan agar seseorang itu
memiliki rasa bangga dan percaya diri akan profesionnya.
Pengertian Teknologi Sistem Informasi
Teknologi Sistem Informasi (TSI) merupakan teknologi yang tidak
terbatas pada penggunaan sarana komputer, tetapi meliputi pemrosesan data,
aspek keuangan, pelayanan jasa sejak perencanaan, standar dan prosedur, serta
organisasi dan pengendalian sistem catatan (informasi).Jadi, pengertian dari
etika dan profesionalisme TSI adalah norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah
dan ukuran-ukuran bagi tingkah laku, keahlian atau kualitas seseorang yang
profesional dari manusia yang baik dalam menggunakan teknologi sistem informasi
di lingkungannya.
Kesimpulan dan Saran
Dengan
etika profesi diharapkan kaum profesional dapat bekerja sebaik mungkin, serta
dapat mempertanggungjawabkan tugas yang dilakukannya dari segi tuntutan
pekerjaan. Etika
disini sangat membantu manusia dalam hal bertingkah laku baik itu di keluarga
maupun di masyarakat khususnya dalam bidang teknologi sistem informasi yang
dapat membantu untuk mengambil keputusan tentang tindakan apa yang perlu
dilakukan dan yang perlu dipahami bersama bahwa etika ini dapat
diimplementasikan ke berbagai aspek kehidupan.
Keuntungan
Dapat
mengerjakan segala sesuatu dengan baik dan dapat menyelesaikan suatu masalah
dengan baik yang disertai dengan analisa yang cukup memadai serta dapat dengan
mudah diterima dalam pergaulan di masyarakat.
Kerugian
Apabila
kita tidak mempunyai etika yang baik kita tidak akan bisa mendapatkan pengakuan
dari masyarakat atau dengan kata lain kita akan dikucilkan oleh masyarakat yang
akan menimbulkan berbagai macam kerugian.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar