Minggu, 13 Januari 2013

menganalisa kesalahan bahasa

Analisis Kesalahan Kebahasaan
Analisis kesalahan merupakan bidang kajian yang masuk dalam payung linguistik
terapan. Kajian ini sebenarnya bukan hal yang baru bagi para guru bahasa, karena hasil
penerapan analisis kesalahan dimanfaatkan untuk memperbaiki proses belajar mengajar bahasa,
baik untuk memperbaiki kesalahan yang dibuat pembelajar maupun untuk membantu guru
menyusun strategi pembelajaran yang tepat.
Brown (via Sanal, 2008) mendefinisikan analisis kesalahan (error analysis) sebagai ”the
fact that learners do make errors and thes errors can be observerd, analysed and classified to
reveal some thing of the system operating within the learner led to a surge of study of
learners’errors called ‘error analysis”. Senada dengan itu Ruru dan Ruru (via Pateda, 1989)
berpendapat bahwa analisis kesalahan adalah suatu teknik untuk mengidentifikasikan,
mengklasifikasikan dan menginterpretasikan secara sistematis kesalahan-kesalahan yang dibuat
oleh si terdidik yang sedang belajar bahasa asing atau bahasa kedua dengan menggunakan teoriteori
dan prosedur berdasarkan linguistik. Kesalahan biasanya ditentukan berdasarkan ukuran
keberterimaan dari sudut pandang penutur asli. Dari kedua pendapat tersebut dapat ditarik
kesimpulan bahwa analisis kesalahan merupakan prosedur sistematis berdasarkan linguistik
untuk menemukan dan mengklasifikasikan kesalahan yang tidak dapat diterima (dibenarkan)
berdasarkan kaidah bahasa target yang dibuat oleh pembelajar bahasa (asing).
Kesalahan dalam kajian analisis kesalahan dapat diklasifikasikan ke dalam 2 macam
yaitu kesalahan (error) dan kekeliruan (mistakes). Kekeliruan terkait ketidakmampuan
menghasilkan ujaran berbahasa yang tidak disengaja, kekeliruan bukan merupakan hasil dari
kurangnya kompetensi berbahasa yang dimiliki pembelajar. Kekeliruan ini sifatnya ttidak
sistematis, sehingga ketika pembelajar bahasa menyadari kekeliruan tersebut dapat segera
memperbaikinya. Sebaliknya kesalahan (error) merupakan kesalahan yang dibuat oleh
pembelajar bahasa bersifat sistematis yang disebabkan karena tidak memiliki kompetensi
berbahasa yang memadai. Corder (via Sanal, 2008) mengatakan:
Errors are deviances that are due to deficient competence (i.e”knowledge” of the
language, which may or may not be conscious). As the are due to deficient competence the
tend to be systematic and not self correctable. Whereas “mistakes” or “lapses” that are
due to performance deficiencies and arise from lack of attention, slips of memory, anxiety
possibly caused by pressure of time etc. They are not systematic and readily indentifiable
and self corectable.
Kompetensi yang dimaksud di sini adalah kemampuan pembicara atau penulis untuk
melahirkan bahasa sesuai dengan kaidah bahasa yang digunakannya. Karena bahasa yang
dihasilkan berwujud kata, kalimat dan makna, maka kesalahan yang perlu dianalisis mencakup
pada tataran fonologi, morfologi, sintaksis dan semantik. (Pateda, 1989:34).
Dalam kajian ini objek yang dianalisis adalah hasil terjemahan dari teks berbahasa
Indonesia ke dalam teks berbahasa Jerman dari mesin penerjemah yang melekat pada Google.
Karena wujud objek kajian berupa wacana tulis, maka yang akan dianalisis meliputi tataran
ortografi, morfologi, sintaksis dan semantik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar