Rabu, 28 Maret 2012
pantaskah perempuan berjilbab itu merokok ?
Duh…sebenarnya ini adalah tulisan kegelisahan atas pemandangan saya lihat beberapa kali akhir-akhir ini. Bukan hal baru memang, tapi saya cukup terusik saat melihatnya sendiri. Teranyar terjadi semalam. Saat saya makan di sebuah warung tenda. Disebelah saya persis duduk berhadapan laki-laki dan seorang perempuan berjilbab. Keduanya saya lihat asyik mengepulkan asap rokoknya setelah menikmati sepiring hidangan nasi uduk yang tersaji di mejanya.
Inginnya sih saya cuek melihat ini. Toh ini bukan urusan saya. Dan untuk menulis ini saya maju mundur penuh keraguan. Karena saya merasa seperti orang kurang kerjaan dan usil gitu sama urusan orang. Eh tapiii…kalo saya diam seribu bahasa, entah mengapa hati nurani saya kok rasanya terusik ya. Membuat saya jadi mumet sendiri. Semoga ini bukan tanda-tanda saya sebagai seorang pendengki, yang senang melihat orang lain susah, susah melihat orang lain senang. Daripada saya terus kepikiran, mending saya tulis aja disini. Siapa tahu kita bisa berbagi opini. Dan siapa tahu juga dengan berbagi, saya yang ilmunya masih cetek ini bisa tercerahkan.
Saya sangat sering mendengar teman saya yang belum berjilbab berujar begini, atau mungkin andapun pernah mendengarnya, “Ah…kalo saya si sebelum benar-benar pake jilbab, saya mau jilbabin hati saya dulu deh…daripada udah berjilbab kelakuannya malu-maluin…” Saya menangkap “jilbabin hati” disini bermakna meluruskan niat dan mempersiapkan kondisi batin dan bekal yang lebih baik dari segala sifat buruk yang kerap bersemayam di hati. Lalu benarkah pernyataan ini?
Adalah hal yang wajar bila orang yang mau hijrah mengenakan busana muslimah dalam kehidupan sehari-harinya mempersiapkan mental dan bekal yang cukup agar niatnya bisa berjalan sempurna. Meski sebenarnya ukuran baik itu sangat relatif. Sama absurdnya dengan ukuran kesempurnaan. Pertanyaannya kemudian, mau menunggu sebaik apa? apa ukuran baiknya? Parameternya mungkin berbeda antara satu orang dengan yang lainnya. Meski tetap bisa ditarik benang merah tentang makna kebaikan secara umum. Padahal sejatinya, sifat iman itu yazid dan yankuz (naik dan turun) pertentangan baik dan buruk takkan pernah berhenti dalam diri selama hayat di kandung badan. Hingga bila manusia menunggu kesempurnaan iman untuk bisa berbuat baik, boleh jadi itu hal yang mustahil.
Saya jadi teringat saat kuliah dulu, seorang sahabat perempuan saya adalah seorang pecandu rokok. Ditengah perjalanan spiritualnya, ia mendapat hidayah mengenakan jilbab. Padahal saat memutuskan itu ia belum bisa sepenuhnya meninggalkan kebiasaannya merokok. Akhirnya ia jalani saja kewajibannya berjilbab, sambil masih mencuri-curi merokok bila ia ada di dalam rumah. Saat itu saya dicurhati kegelisahannya akan prilakunya sendiri yang dia rasakan tidak konsisten. Berjilbab tapi masih merokok. Namun saya hanya bisa menghibur dan terus memberinya semangat, bahwa perlahan ia pasti bisa berhenti dari kebiasaannya. Dan akhirnya itu benar terbukti, semakin dia belajar semakin dia mengerti dan perlahan terus berjuang menyempurnakan prilakunya. Hingga kebiasaan merokoknya berangsur hilang, dan kini ia bisa menjadi muslimah yang konsisten dengan pilihannya. Setidaknya begitulah di mata saya. Alhamdulillah.
Akan halnya jilbab itu sendiri, Islam mewajibkan para perempuan yang sudah akil baligh untuk menutup auratnya. Ini menjadi bentuk seruan atau perintah langsung dari Allah, meski dalam prakteknya tak ada siapapun bisa memaksanya. Karena sifat agama ini yang rahmatan lil ‘alamin, rahmat bagi sekalian alam yang artinya disebarkan dengan jalan damai tanpa adanya paksaan.
Kembali ke soal merokok. Dari tinjauan secara umum saja merokok itu amat sangat merugikan kesehatan. Terutama pada perempuan. Aneka penyakit berhubungan dengan kesuburan reproduksi bisa menyerang, meski itu terjadi dalam kurun waktu yang panjang, tidak instan dalam waktu dekat. Dan kalau sudah begitu, tentu kita bisa simpulkan merokok terutama dalam hal ini bagi perempuan adalah bentuk perbuatan yang lebih banyak mudharat (kerugian) ketimbang manfaatnya.
Berjilbab adalah wujud ketaatan seorang hamba terhadap perintah Tuhannya. Itulah mengapa jilbab sering diindentikkan dengan pakaian Taqwa. Dan bila sudah berkomitmen melaksanakan kewajiban menutup aurat ini, suka tidak suka sederet konsekuensi tak tertulis mengiringi prilaku seorang muslimah yang mengenakannya. Walau tak harus sesuci nabi, setidaknya langkah dan prilaku seorang yang berjilbab hendaknya sebisa mungkin diselaraskan dengan pakaian yang dikenakannya. Meski masih begitu banyak perbaikan diri di sana sini. Yang terpenting tumbuh dulu kesadaran dalam diri muslimah untuk menjaga sikap dan prilakunya. Salah satunya adalah menjauhkan diri dari apa-apa yang tidak bermanfaat dan merugikan diri sendiri, seperti halnya merokok tadi.
Dan yang tak bisa dipungkiri, perempuan berjilbab juga secara tak langsung dilihat orang sebagai role model sosok wanita muslimah yang diteladani. Ia ibarat kapstok da’wah berjalan. Prilakunya menjadi sorotan. Hingga sederet ekspektasi yang tinggi akan sifat kesholehan, kepantasan, kepatutan sering dituntut ada dalam dirinya. Karena jilbab adalah simbol ketaatan. Maknanya lebih dalam dari sekedar selembar kain penutup kepala biasa. Jadi perempuan berjilbab perlu menjaga nilai-nilai kepatutan dalam bersikap. Jangan sampai karena perbuatannya, orang kemudian menilai “jilbab” itu sendiri secara negatif.
Namun, satu hal yang harus disadari (semoga ini juga terus menjadi pengingat bagi saya), perempuan berjilbab itu bukanlah malaikat, ia adalah manusia yang punya segudang kelemahan layaknya manusia biasa. Tak luput dari alpa dan dosa. Bila kita menyadari hal ini, mungkin sedikitnya kita bisa bertenggang rasa dan mencoba berbaik sangka pada wanita berjilbab yang prilakunya (masih) belum sesuai pakaiannya. Toh dalamnya niat di hati tak pernah ada yang tahu. Biarlah semua itu menjadi urusannya dengan Tuhan. Tak ada kewenangan kita mencampurinya. Cukuplah Allah saja sebaik-baik penilai…
Wallahu’alam bis shawab….
Misteri Kristal dari Air Liur Bayi di Malang
Seperti diketahui kalau ada seorang balita yang diberitakan mengeluarkan air liur yang kemudian berubah menjadi kristal. Balita anak dari Warga Perumnas Tumpang Permai, Blok P11 RT 14 RW 04, Desa Jeru, Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, Jawa Timur, membuat heboh dengan kejadian tersebut. Bayi tersebut bernama Rafael, yang baru berumur satu tahun, merupakan putera dari pasangan Hariadi (38) dan Leni Marliani (35). Setiap kali bayi tersebut mengeluarkan liurnya, seketika langsung mengkristal. Hal demikian terjadi setiap hari dan sampai sudah menghasilkan lebih dari seratus butir kristal bulat yang mirip dengan mutiara.
Hari Jumat (16/3/2012) sore, di rumahnya, sejumlah wartawan telah melihat sendiri air liur Rafa yang berubah menjadi kristal. Leni menceritakan bahwa kali pertama air liur menjadi kristal terjadi pada 14 Febuari 2012 lalu. Dikisahkan oleh ibunya saat digendong, terlihat Rafa mengeluarkan liur yang dikira air liur biasa tetapi kemudian ternyata air liur tersebut menggantung di bibirnya bagian bawah, saya baru kaget karena langsung mengeras seperti kristal. Pada awalnya dikira air liur biasa sehingga dibuang, namun kemudian terjadi berulang kali bahkan ada yang berukuran cukup besar. Proses yang diceritakan adalah air liur keluar dan kemudian hanya butuh waktu beberapa detik saja maka air liur itu langsung mengkristal. Bentuknya sama saat pertama kali saya menemukan liur yang sudah mengkristal saat mengantung di bibirnya.
Dari hasil pemeriksaan kesehatan yang sudah dilakukan di puskesemas dinyatakan kalau tidak bisa diketahui jenis penyakit yang diderita namun dinyatakan kalau kondisi Rafa adalah sehat. Terkendala biaya maka pemeriksaan lebih lanjut ke laboratorium di rumah sakit belum dilakukan. Sempat juga diperiksa oleh orang pintar yang seorang kyai dinyatakan tidak ada apa-apa ataupun tidak terkena guna-guna orang. Sejak 17 Februari sampai pertengahan Maret 2012 telah terkumpul kristal sejumlah 102 butir kristal. Saat ini kristal-kristal tersebut harus selalu dekat dengan Rafa.
Pendapat tim IDI Malang
Dari pemeriksaan ilmiah oleh tim dokter di Malang, disebutkan menurut ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Malang dr. Subagyo bahwa kejadian air liur bayi yang mengeras berubah menjadi kristal sesuatu yang bisa dijelaskan secara ilmiah (Baca link ini). Batu dari air liur sangat mungkin terjadi disebutkan bahwa hal itu bukan tidak masuk akal. Batu liur itu memang ada dan bisa keluar khusus pada kelinjer, dan bisa mengkristal. Kasus itu sangat memungkinkan tetapi sangat jarang terjadi.
Oleh dr. Subagyo disebutkan bahwa apa yang menimpa Rafael adalah salah satu jenis kelainan, namun tidak terlalu membahayakan pada bayi. Efeknya pada sistem pencernaan karena air liurnya menjadi kurang optimal. Pada kasus tersebut kalau betul terjadi maka diduga fungsi air liurnya terganggu dan kualitas liurnya tidak normal. Memang beliau belum dapat menjelaskan karena memang harus dilakukan tes di laboratorium. Tentu saja beliau tidak akan menyimpulkan secara dini apa yang sudah terjadi karena belum ada pengujian lebih mendalam.
Penelitian UB Malang
Dari pihak Jurusan Biologi Fakultas Matematika, Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur kemudian berhasil melakukan pengujian lebih lanjut (Berita di link ini). Pengamatan yang dilakukan adalah dengan meneliti perilaku sang anak dan pengamatan proses pembentukan kristal. Tim itu juga meneliti gerak gerik bocah itu seperti yang dikemukaan oleh Ketua Jurusan Biologi FMIPA UB, Widodo SSi, MSi, PhD pada 21 Maret 2012.
Dilaporan bahwa dari hasil penelitian gerak gerik, Rafa adalah anak yang cerdas, memiliki fungsi motorik bagus serta dikatakan sebagai sehat dan normal. Pengamatan yang dilakukan relatif terbatas sehingga saat itu tidak sampai memperoleh pengamatan kejadian pembentukan kristal dari air liur.
Meskipun demikian pihak UB dapat memperoleh sampel kristal dari ibu yang bersangkutan. Disebutkan kalau uji di laboratorium belum selesai dilakukan namun diperkirakan kalau air liur sang bayi itu memiliki kandungan pembentuk gigi dan tulang dengan dosis cukup besar di air liur. Pihak UB sendiri menurut Widodo belum dapat memastikan kapan selesainya pengujian laboratorium tersebut.
Perawatan medis oleh RSSA Malang
Perawatan medis terhadap sang bayi juga ditangani oleh tim medis dari RSSA Malang, dokter Haryudi Aji Cahyono. Berita ini disarikan dari link ini. Pemeriksaan yang dilakukan selama dua hari tersebut diterangkan oleh Dr Haryudi bahwa meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan air liur yang keliar dari Rafa itu.
Dari hasil pemeriksaan fisik dinyatakan bahwa kondisi Rafael sehat, tidak ada tanda-tanda sakit seperti kelainan fisik atau ketidakaktifan lainnya. Anak juga mudah melakukan pergerakan tubuh. Dari pemeriksaan air liur yang meski belum tuntas dilakukan, dinyatakan kalau air liur tersebut bukan sebagai sumber batu kristal. Batu kristal tersebut diindikasikan sebagai benda atau batu yang bukan berasal dari tubuh manusia.
Dr Haryudi menyebutkan memang air liur bisa mengeras. Tapi kalau sampai mengeras jadi bola, layaknya mutiara, hingga saat ini, pihaknya belum mengetahuinya. Hasil pemeriksaan juga menyebutkan kalau air liur sang bayi tersebut memang banyak mengandung kadar kalsium. Dari banyaknya kadar kalsium tersebut yang bisa memicu cairan tubuh bisa mengeras.
Keterangan hasil uji medis yang dilakukan tim medis dari Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang ini tetap dibantah oleh ibu dari sang bayi. Yang bersangkutan masih menyatakan bahwa kristal-kristal bukan tersebut berasal dari luar tubuh.
Pengujian Bahan Kristal oleh RSSA Malang
Setelah pengujian berlanjut, disebutkan kalau tim medis menyimpulkan bahwa kristal tersebut kemungkinan tidak berasal dari organ di dalam tubuh, tapi berasal dari luar diri bayi yang bersangkutan. Ini adalah kesimpulan uji medis yang dilakukan oleh tim medis dari Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, yang ditangani dokter spesialis anak, Haryudi Aji Cahyono. Kesimpulan ini disampaikan pada hari Minggu (25/3/2012), uji medis yang telah dilakukan melalui beberapa macam pengujian. Dari semua hasil pengujian jelasnya, disimpulkan bahwa air liur yang dikatakan berubah jadi kristal itu ternyata murni kaca. (Link berita dari sini).
Pengujian pertama lanjutnya, dilakukan di Patologi Klinik RSSA Malang, yang hasilnya menunjukkan bahwa batu tersebut tidak ada kadar kalsiumnya. Pengujian menggunakan mikroskop menunjukkan bahwa batu yang dianalisis tersebut mengandung banyak gelembung-gelembung kaca. Selain diuji secara patologi dan mikroskop, juga dilakukan pengujian pembakaran kristal dengan lilin dan hasilnya kristal itu tidak bisa meleleh. Penetesan menggunakan asam sulfat pekat juga menunjukkan bahwa kristal tersebut tidak juga larut.
Pihak rumah sakit juga melakukan konfirmasi kepada ahli permata di Malang. Mereka menyatakan kalau kristal tersebut adalah batu kaca.
Meskipun demikian pihak RSSA Malang masih belum menyatakan batu itu palsu, walaupun sudah memastikan kalau batu kristal tersebut adalah positif batu kaca.
Ulasan
Saya sebagai seorang peneliti tentunya merasa skeptis akan hal-hal seperti itu. Pada satu sisi ingin membuktikan kebenaran hal itu karena bisa jadi sebagai satu kasus yang sangat jarang dan bahkan sudah saya coba lakukan penelusuran di internet yang menunjukkan tidak ada kasus serupa. Pada sisi lain juga ingin menunjukkan kebenaran yang sesungguhnya jika ada hal yang tidak benar di balik kasus itu. Untuk itu saya mencoba mengulas kasus ini dari beberapa hal, yakni :
Benda-benda berbentuk bola seperti ini dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti mainan anak-anak (kelereng atau gundu), bola untuk penstabil cairan cat pada kaleng cat seprot, peralatan laboratorium, atau asesoris mainan. Untuk benda berbentuk bola yang mungkin dihasilkan dari bahan non kaca misal dapat diperoleh dari mata hewan (ayam, ikan).
Penutup
Pembuktian akan kristal tersebut tetap harus dilakukan baik untuk tujuan kebaikan kesehatan sang bayi serta untuk menjawab keingintahuan masyarakat luas. Dengan adanya pembuktian ini maka jelas tidak ada pihak yang dirugikan selama semua berlangsung secara alamiah.
Sebagai penutup saya menyatakan bahwa tulisan ini hanya sebagai opini pribadi yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui pengujian dengan menggunakan metoda saintifik yang dipercaya. Saya tidak bermaksud mengecilkan pihak-pihak tertentu yang terlibat pada kasus ini, hanya ingin membantu menunjukkan kebenaran yang mungkin bisa ditunjukkan secara kuat. Tentunya juga saya berharap agar selalu mengutamakan kesehatan sang bayi. Dengan demikian apabila telah dipastikan bayi tersebut mengalami kelainan, tentunya dapat segera diketahui untuk kemudian ditangani sehingga dapat sehat kembali. Mohon maaf apabila ada opini saya yang salah karena masih keterbatasan data.
Wallahu a’lam.
Hari Jumat (16/3/2012) sore, di rumahnya, sejumlah wartawan telah melihat sendiri air liur Rafa yang berubah menjadi kristal. Leni menceritakan bahwa kali pertama air liur menjadi kristal terjadi pada 14 Febuari 2012 lalu. Dikisahkan oleh ibunya saat digendong, terlihat Rafa mengeluarkan liur yang dikira air liur biasa tetapi kemudian ternyata air liur tersebut menggantung di bibirnya bagian bawah, saya baru kaget karena langsung mengeras seperti kristal. Pada awalnya dikira air liur biasa sehingga dibuang, namun kemudian terjadi berulang kali bahkan ada yang berukuran cukup besar. Proses yang diceritakan adalah air liur keluar dan kemudian hanya butuh waktu beberapa detik saja maka air liur itu langsung mengkristal. Bentuknya sama saat pertama kali saya menemukan liur yang sudah mengkristal saat mengantung di bibirnya.
Dari hasil pemeriksaan kesehatan yang sudah dilakukan di puskesemas dinyatakan kalau tidak bisa diketahui jenis penyakit yang diderita namun dinyatakan kalau kondisi Rafa adalah sehat. Terkendala biaya maka pemeriksaan lebih lanjut ke laboratorium di rumah sakit belum dilakukan. Sempat juga diperiksa oleh orang pintar yang seorang kyai dinyatakan tidak ada apa-apa ataupun tidak terkena guna-guna orang. Sejak 17 Februari sampai pertengahan Maret 2012 telah terkumpul kristal sejumlah 102 butir kristal. Saat ini kristal-kristal tersebut harus selalu dekat dengan Rafa.
Pendapat tim IDI Malang
Dari pemeriksaan ilmiah oleh tim dokter di Malang, disebutkan menurut ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Malang dr. Subagyo bahwa kejadian air liur bayi yang mengeras berubah menjadi kristal sesuatu yang bisa dijelaskan secara ilmiah (Baca link ini). Batu dari air liur sangat mungkin terjadi disebutkan bahwa hal itu bukan tidak masuk akal. Batu liur itu memang ada dan bisa keluar khusus pada kelinjer, dan bisa mengkristal. Kasus itu sangat memungkinkan tetapi sangat jarang terjadi.
Oleh dr. Subagyo disebutkan bahwa apa yang menimpa Rafael adalah salah satu jenis kelainan, namun tidak terlalu membahayakan pada bayi. Efeknya pada sistem pencernaan karena air liurnya menjadi kurang optimal. Pada kasus tersebut kalau betul terjadi maka diduga fungsi air liurnya terganggu dan kualitas liurnya tidak normal. Memang beliau belum dapat menjelaskan karena memang harus dilakukan tes di laboratorium. Tentu saja beliau tidak akan menyimpulkan secara dini apa yang sudah terjadi karena belum ada pengujian lebih mendalam.
Penelitian UB Malang
Dari pihak Jurusan Biologi Fakultas Matematika, Universitas Brawijaya (UB) Malang, Jawa Timur kemudian berhasil melakukan pengujian lebih lanjut (Berita di link ini). Pengamatan yang dilakukan adalah dengan meneliti perilaku sang anak dan pengamatan proses pembentukan kristal. Tim itu juga meneliti gerak gerik bocah itu seperti yang dikemukaan oleh Ketua Jurusan Biologi FMIPA UB, Widodo SSi, MSi, PhD pada 21 Maret 2012.
Dilaporan bahwa dari hasil penelitian gerak gerik, Rafa adalah anak yang cerdas, memiliki fungsi motorik bagus serta dikatakan sebagai sehat dan normal. Pengamatan yang dilakukan relatif terbatas sehingga saat itu tidak sampai memperoleh pengamatan kejadian pembentukan kristal dari air liur.
Meskipun demikian pihak UB dapat memperoleh sampel kristal dari ibu yang bersangkutan. Disebutkan kalau uji di laboratorium belum selesai dilakukan namun diperkirakan kalau air liur sang bayi itu memiliki kandungan pembentuk gigi dan tulang dengan dosis cukup besar di air liur. Pihak UB sendiri menurut Widodo belum dapat memastikan kapan selesainya pengujian laboratorium tersebut.
Perawatan medis oleh RSSA Malang
Perawatan medis terhadap sang bayi juga ditangani oleh tim medis dari RSSA Malang, dokter Haryudi Aji Cahyono. Berita ini disarikan dari link ini. Pemeriksaan yang dilakukan selama dua hari tersebut diterangkan oleh Dr Haryudi bahwa meliputi pemeriksaan fisik dan pemeriksaan air liur yang keliar dari Rafa itu.
Dari hasil pemeriksaan fisik dinyatakan bahwa kondisi Rafael sehat, tidak ada tanda-tanda sakit seperti kelainan fisik atau ketidakaktifan lainnya. Anak juga mudah melakukan pergerakan tubuh. Dari pemeriksaan air liur yang meski belum tuntas dilakukan, dinyatakan kalau air liur tersebut bukan sebagai sumber batu kristal. Batu kristal tersebut diindikasikan sebagai benda atau batu yang bukan berasal dari tubuh manusia.
Dr Haryudi menyebutkan memang air liur bisa mengeras. Tapi kalau sampai mengeras jadi bola, layaknya mutiara, hingga saat ini, pihaknya belum mengetahuinya. Hasil pemeriksaan juga menyebutkan kalau air liur sang bayi tersebut memang banyak mengandung kadar kalsium. Dari banyaknya kadar kalsium tersebut yang bisa memicu cairan tubuh bisa mengeras.
Keterangan hasil uji medis yang dilakukan tim medis dari Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang ini tetap dibantah oleh ibu dari sang bayi. Yang bersangkutan masih menyatakan bahwa kristal-kristal bukan tersebut berasal dari luar tubuh.
Pengujian Bahan Kristal oleh RSSA Malang
Setelah pengujian berlanjut, disebutkan kalau tim medis menyimpulkan bahwa kristal tersebut kemungkinan tidak berasal dari organ di dalam tubuh, tapi berasal dari luar diri bayi yang bersangkutan. Ini adalah kesimpulan uji medis yang dilakukan oleh tim medis dari Rumah Sakit Saiful Anwar (RSSA) Malang, yang ditangani dokter spesialis anak, Haryudi Aji Cahyono. Kesimpulan ini disampaikan pada hari Minggu (25/3/2012), uji medis yang telah dilakukan melalui beberapa macam pengujian. Dari semua hasil pengujian jelasnya, disimpulkan bahwa air liur yang dikatakan berubah jadi kristal itu ternyata murni kaca. (Link berita dari sini).
Pengujian pertama lanjutnya, dilakukan di Patologi Klinik RSSA Malang, yang hasilnya menunjukkan bahwa batu tersebut tidak ada kadar kalsiumnya. Pengujian menggunakan mikroskop menunjukkan bahwa batu yang dianalisis tersebut mengandung banyak gelembung-gelembung kaca. Selain diuji secara patologi dan mikroskop, juga dilakukan pengujian pembakaran kristal dengan lilin dan hasilnya kristal itu tidak bisa meleleh. Penetesan menggunakan asam sulfat pekat juga menunjukkan bahwa kristal tersebut tidak juga larut.
Pihak rumah sakit juga melakukan konfirmasi kepada ahli permata di Malang. Mereka menyatakan kalau kristal tersebut adalah batu kaca.
Meskipun demikian pihak RSSA Malang masih belum menyatakan batu itu palsu, walaupun sudah memastikan kalau batu kristal tersebut adalah positif batu kaca.
Ulasan
Saya sebagai seorang peneliti tentunya merasa skeptis akan hal-hal seperti itu. Pada satu sisi ingin membuktikan kebenaran hal itu karena bisa jadi sebagai satu kasus yang sangat jarang dan bahkan sudah saya coba lakukan penelusuran di internet yang menunjukkan tidak ada kasus serupa. Pada sisi lain juga ingin menunjukkan kebenaran yang sesungguhnya jika ada hal yang tidak benar di balik kasus itu. Untuk itu saya mencoba mengulas kasus ini dari beberapa hal, yakni :
- Pembahasan Kasus Secara Hipotetikal
- Kasus Pembentukan Padatan Dari Tubuh
- Analogi Kasus Sarang Burung Walet
- Pembuktian Ilmiah Pembentukan Kristal
Benda-benda berbentuk bola seperti ini dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti mainan anak-anak (kelereng atau gundu), bola untuk penstabil cairan cat pada kaleng cat seprot, peralatan laboratorium, atau asesoris mainan. Untuk benda berbentuk bola yang mungkin dihasilkan dari bahan non kaca misal dapat diperoleh dari mata hewan (ayam, ikan).
Penutup
Pembuktian akan kristal tersebut tetap harus dilakukan baik untuk tujuan kebaikan kesehatan sang bayi serta untuk menjawab keingintahuan masyarakat luas. Dengan adanya pembuktian ini maka jelas tidak ada pihak yang dirugikan selama semua berlangsung secara alamiah.
Sebagai penutup saya menyatakan bahwa tulisan ini hanya sebagai opini pribadi yang masih harus dibuktikan kebenarannya melalui pengujian dengan menggunakan metoda saintifik yang dipercaya. Saya tidak bermaksud mengecilkan pihak-pihak tertentu yang terlibat pada kasus ini, hanya ingin membantu menunjukkan kebenaran yang mungkin bisa ditunjukkan secara kuat. Tentunya juga saya berharap agar selalu mengutamakan kesehatan sang bayi. Dengan demikian apabila telah dipastikan bayi tersebut mengalami kelainan, tentunya dapat segera diketahui untuk kemudian ditangani sehingga dapat sehat kembali. Mohon maaf apabila ada opini saya yang salah karena masih keterbatasan data.
Wallahu a’lam.
serangga tomcat
Tomcat, serangga kecil berwarna mencolok dengan nama latin Paederus riparius ini mulai ramai dibicarakan dan diresahkan terutama oleh warga Surabaya Timur. Serangga ini kurang familiar dimata masyarakat, namun siapa sangka keberadaannya dapat menyebabkan penyakit yang menyerupai herpes biasa disebut dermatitis paedrus. Serangga ini tidak menyengat maupun menggigit, namun memiliki Kelenjar Hemolympha yang mengandung Paederine dan akan mengenai kulit apabila serangga ini remuk. Jadi, jika serangga ini tidak remuk, maka Paederine yang tersimpan dalam hemolympha tidak akan mengenai kulit. Umumnya, serangan Tomcat terjadi sepanjang tahun namun mencapai puncak pada Juli-September yang memiliki kelembapan iklim.
Lalu Siapakah yang patut disalahkan ketika serangga kecil ini menyerang sejumlah pemukiman sekitar Pantai Timur Surabaya?. Seperti kata seorang aktifis lingkungan, Bapak Wawan Some, bahwa serangan Tomcat ini disebabkan karena kawasan hutan Mangrove yang menjadi habitat serangga Tomcat sudah gundul serta populasi burung yang menjadi predator Tomcat sudah berkurang sehingga menyebabkan populasi serangga ini menjadi tak terkontrol dan menyerang perumahan manusia. Peristiwa tersebut mengingatkan Saya akan beberapa kasus serupa ulat bulu yang menyerang sejumlah kawasan dengan jumlah yang mengerikan, Orang Utan yang dianggap hama karena menyerang perkebunan kelapa sawit, dan juga burung-burung yang mengganggu penerbangan pesawat di Bandara Internasional Juanda Surabaya. Sebelumnya Saya pernah mengunjungi Ketua tani mangrove Wonorejo, Bapak Sonny dan Beliau mengeluhkan bahwa burung-burung itu singgah di Juanda karena habitatnya yang seharusnya di kawasan mangrove Pamurbaya itu sudah semakin rusak dan terganggu oleh aktifitas manusia.
Jangan sampai Kita dikalahkan oleh rasa takut sehingga mengambil tindakan yang semestinya tidak dilakukan. Hanya dengan membunuh atau memusnahkan hewan-hewan tersebut saja bukanlah menyelesaikan masalah. Hal yang seharusnya sejak dulu Kita lakukan adalah mengembalikan habitat mereka dengan melakukan restorasi dan menjaga kelestarian dalam hal ini adalah hutan mangrove di sepanjang Pamurbaya. Kegiatan eksploitasi seperti reklamasi pantai, penebangan liar, wisata mangrove secara komersial tanpa pertimbangan kelestarian alam, dan tindakan-tindakan lain yang mengancam kelestarian ekosistem di mangrove Pamurbaya sudah saatnya dihentikan.
Bagi warga Surabaya maupun warga Indonesia dimanapun berada yang dilanda keresahan akan serangan serangga kecil ini, berikut beberapa tips menghindari serangga Tomcat dari Andry Wibowo yang saat ini menjadi dokter di RS dr Oen Surakarta : Jaga kebersihan kamar, matikan lampu saat malam hari, serta beri kawat kasa pada kamar. Selain itu juga terdapat beberapa tips dari artikel yang Saya baca : Apabila ada kumbang yang hinggap di kulit jangan mematikannya di tubuh namun tiup hingga pergi, jika kulit mengalami kontak dengan serangga ini, segera cuci bagian yang terkena dengan air dan sabun, jangan menggaruk luka karena racunnya dapat berpindah ke bagian lain kulit lewat cairan di luka, gunakan jaring nyamuk atau semprot aerosol atau pestisida organik dari campuran laos, daun mimba, dan sereh untuk mematikan kumbang yang masuk. Penyakit dermatitis akibat Paederus ini dapat diobati dengan kortikosteroid topikal. Dengan pengobatan, umumnya luka akan membaik dalam 10 hari hingga tiga minggu tanpa menimbulkan bekas. Namun, luka dapat membekas jika melibatkan dermis. Dokter menyarankan supaya menghindari sinar matahari agar tak terjadi inflamasi luka yang menyebabkan bekas kehitaman.
Semoga Kita lebih bijak dalam membaca dan menyelesaikan suatu permasalahan. :)
Langganan:
Postingan (Atom)